Lawan Radikal Terorisme di Lingkungan Kerja, Kepala BNPT Jadi Narasumber dalam Webinar Yayasan Muslim Sinarmas
Jakarta - Dalam rangka memberikan panduan praktis untuk mengenali dan mencegah paham radikal terorisme di lingkungan kerja Sinarmas, Yayasan Muslim Sinarmas (YMSM) menggelar Webinar Pencegahan Radikalisme pada Kamis pagi (3/9). Seminar daring yang diikuti 500 peserta dari unsur direksi dan karyawan Sinarmas, serta pengurus YMSM ini menghadirkan narasumber berkompeten di bidangnya antara lain Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, M.H., Jend. Pol (Purn) Badrodin Haiti selaku Ketua Dewan Pembina YMSM, Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Pol. Ahmad Nurwakhid, S.E., M.M., dan Direktur Wahid Institute sekaligus Founder Islamic Law Firm, Yenny Wahid.
Paham radikal terorisme kini tak mengenal latar belakang sasarannya. Dalam keynote speech-nya, Kepala BNPT menyatakan bahwa tidak ada masyarakat yang imun dari paham radikal terorisme. Hal ini dapat terlihat dari maraknya fenomena radikalisasi di lingkungan kerja yang telah merugikan berbagai pihak.
Berkaca dari fenomena tersebut, Boy Rafli berpesan bagi seluruh keluarga Sinarmas untuk menjadi radikal dalam membangun ketahanan di bidang ideologi. Selain itu, latar belakang pegawai yang heterogen harus dieratkan dengan rasa toleransi yang tinggi. Menurutnya dalam hal ini, SDM memainkan peran penting dalam melakukan pengembangan proses rekrutmen, pengawasan, dan pembinaan karwayan sehingga paham radikal yang merujuk pada aksi terorisme dapat diredam. Pengawasan yang dimaksud pun tak hanya terbatas pada pengawasan secara langsung, tetapi juga pengawasan aktivitas di ruang digital mengingat banyaknya propaganda radikal intoleran yang beredar melalui dunia maya.
“Latar belakang karyawan Sinarmas yang beragam ini harus dipersatukan, dikuatkan dengan ketahanan ideologi (Pancasila), harus ada upaya untuk mencegah apa yang selama ini disebut sebagai radikal terorisme secara konkrit, intinya tentu adanya kegiatan pembinaan dan pengawasan secara khusus yang diemban oleh bidang SDM untuk memperkokoh nilai-nilai wawasan kebangsaan bagi karyawan,” ungkap Boy Rafli Amar.
Kegiatan dilanjutkan dengan sesi paparan terkait Konsep Radikalisme-Terorisme dan Strategi Antisipasinya yang disampaikan oleh Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Pol. Ahmad Nurwakhid, S.E., M.M. Dalam paparannya, Ahmad Nurwakhid menjelaskan faktor pendorong tertanamnya paham radikal dalam individu maupun kelompok.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa intoleransi merupakan salah satu akar dari permasalahan terorisme yang terjadi. Intoleransi ini menjadi duri dalam masyarakat mengingat kemajemukan di Indonesia merupakan hal yang tak dapat dielakkan. Pernyataan tersebut diamini pula oleh Yenny Wahid. Ia menyatakan bahwa intoleransi harus ditangani segera sebelum dimanifestasikan dalam bentuk kekerasan atau aksi teror.
Maka dari itu, sekali lagi ditekankan bahwa perusahaan melalui bagian SDM harus jeli dalam melihat tanda-tanda radikal terorisme yang paling sederhana, yakni intoleransi. Jika tanda tersebut muncul, perusahaan harus segera mengambil sikap dengan melakukan pembinaan dan pengawasan agar paham intoleran dan radikal yang mendorong aksi terorisme dapat direduksi.
Lebih dari itu, pengentasan paham radikalisme di lingkungan kerja harus melibatkan seluruh pihak. Komponen perusahaan dari level pimpinan hingga karyawan harus berperan akif dan bersinergi dalam melawan ideologi keras tersebut. “Mari bersama-sama untuk saling mendukung, saling memberi semangat untuk bangkit bersama, apa yang kita perlukan untuk menghadapi potensi ancaman tersebut adalah kebersamaan, ketika masyarakat berani dan bersatu menjadikan terorisme sebagai musuh bersama, maka kedamaian akan terjamin,” tutup Kepala BNPT.