Berita Terbaru

Kuliah Umum di ITB, Kepala BNPT Ajak Mahasiswa dan Civitas Akademika Jadi Kontributor Pembangun Bangsa

Kuliah Umum di ITB, Kepala BNPT Ajak Mahasiswa dan Civitas Akademika Jadi Kontributor Pembangun Bangsa

Bandung – Perguruan Tinggi sebagai tempat menuntut ilmu bagi generasi muda, sejatinya haruslah terbebas dari berbagai paham menyimpang yang bisa merusak masa depan bangsa Indonesia. Berkembangnya teknologi saat ini pun tidak bisa dipungkiri menjadi celah masuknya paham radikalisme. Terlebih di era digitalisasi dan teknologi saat ini, meluasnya informasi paham radikal dan berita bohong, bisa terakses lewat gadget secara mudah. Pentingnya memberikan informasi kepada pelajar dan mahasiswa tentang langkah pencegahan dan memperkuat pemahaman tentang potensi ancaman radikalisme dan terorisme di Indonesia terus dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), untuk mencegah generasi muda agar tidak terpengaruh oleh kelompok radikal.

Sebagai wujud kepedulian terhadap bangsa dan generasi muda, untuk keempat kalinya Kepala BNPT Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, M.H., kembali memberikan pembekalan mengenai penguatan wawasan kebangsaan sebagai upaya mencegah radikalisme dan terorisme di lingkungan Perguruan Tinggi kepada Mahasiswa dan Civitas Akademika Institut Teknologi Bandung pada (5/02) pagi, di Aula Barat Kampus ITB Bandung. Kuliah umum yang dihadiri oleh ratusan mahasiswa dan segenap civitas akademika di ITB ini dibuka oleh Sekretaris Institut yaitu Prof. Dr.Ing.Ir. Widjaja Martokusumo.

Sebelum memberikan pemahaman tentang radikalisme dan terorisme, ratusan mahasiswa yang hadir terlebih dahulu mendapatkan wawasan mengenai Resonansi Kebangsaan oleh Kepala BNPT sebagai penguatan nilai-nilai kebangsaan yang di era yang serba digital kini kian luntur terkikis. Bahaya radikalisme di kalangan mahasiswa kerap menyebar, terutama bagi mereka mahasiswa baru yang masih mencari jati diri. Perkembangan teknologi digital menjadikan generasi muda rentan terpapar paham tersebut lewat dunia maya. 

"Semuanya sekarang sudah ada dalam genggaman, tersambung kepada separuh penduduk dunia. Terkandung nilai baik dan buruk yang mempengaruhi dinamika kehidupan, jadi kalian harus waspada dan pandai menyaring informasi di sosial media,” ujar Kepala BNPT mengingatkan.

Sebagai kampus teknologi terbaik, Kepala BNPT berpesan agar para mahasiswa dapat memupuk kepedulian mulai saat ini juga. Memiliki awareness bahwa kemajuan teknologi yang mereka hadapi di masa yang akan datang memiliki sisi negatifnya.

"Sebagai bagian dari (mahasiswa) teknologi kalian harus aware akan hal itu, bahwa ada paham-paham yang bisa masuk di lingkungan mereka yang mungkin tidak mereka sadari. Pelan pelan bisa terpapar mulai dari tahap doktrinasi,” ungkap Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, M.H.

Untuk membuka luas pengetahuan peserta akan dampak negatif akibat paham radikalisme, Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, M.H., memberikan gambaran bagaimana Negara Suriah dapat hancur akibat doktrinisasi kelompok radikal. Kehadiran mahasiswa saat ini diharapkan bisa menjadi kontributor negara dalam merawat kebhinekaan bangsa. Pentingnya pemikiran yang moderat bisa mengikis munculnya kelompok radikal di negeri ini. 

Menariknya, dalam sesi tanya jawab, salah satu mahasiswi menceritakan pengalaman dirinya yang hampir terjerumus ke dalam kelompok yang memiliki paham anti NKRI. Pengalaman ini semakin memperkuat pemikiran mahasiswa dan peserta lainnya akan pentingnya generasi muda untuk mengetahui jati diri dan sejarah kemerdekaan bangsa.

Usai memberikan kuliah umum, Kepala BNPT kemudian memberikan materi yang lebih mendalam tentang bahaya radikalisme dan terorisme di lingkungan kampus serta langkah-langkah pencegahannya bagi seluruh Civitas Akademika ITB.

Didampingi oleh Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., Kepala BNPT memberikan gambaran strategi doktrinisasi di lingkungan kampus melalui paham radikal. Hal ini tidak lain agar tenaga pendidik senantiasa meningkatkan kewaspadaan dan berupaya untuk mengawasi setiap kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa.

"Bu Rektor juga telah mengumpulkan wakil rektor, direktur-direktur yang bertanggung jawab di ITB ini karena mereka yang mengawasi, jadi banyak kontrol-kontrol yang musti kita kerjakan secara langsung. Monitoring seluruh jajaran tinggi di kampus bukan hanya saat proses pendidikan saja, tapi di luar pendidikan juga penting. Wawasan ini sangat penting sekali bagi mereka untuk menyikapi mahasiswa,” tegas Kepala BNPT.

Di akhir kuliah umum, Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., menyampaikan bahwa untuk menciptakan lulusan yang unggul, tidak hanya pendidikan formal yang harus dikuasai. Mahasiswa juga harus memiliki kemampuan kebangsaan yang baik, karena kedepan mahasiswa juga harus mampu menjawab tantangan bangsa dan menjadi komponen membangun bangsa ini secara utuh. Peran badan pemerintah dan narasumber yang memiliki kredibilitas tinggi sangat dibutuhkan sebagai pemacu semangat generasi penerus. 

“Banyak hal yang bisa kami garap, aspek soft skill, bagaimana kemampuan mereka berinteraksi, silaturahmi dan sebagainya. Tetapi ada isu lain yang sangat spesifik, yaitu kita juga ingin mereka berkontribusi untuk mereduksi yang berkaitan dengan istilah radikalisme. Jadi kami merasa terpanggil apalagi lulusan kami yang kebanyakan menjadi pemimpin, jadi mereka juga harus dibekali oleh isu yang sangat penting ini,” ujar Rektor ITB.

Feb 5, 2020

Authoradmin