Komisi III DPR RI Tinjau Kinerja BNPT dalam Program Pencegahan Radikal Terorisme di Ponpes Solo Raya
Surakarta - Kegiatan silaturahmi kebangsaan dengan pondok pesantren dan alim ulama di wilayah rawan radikalisme perlu dilakuan guna meningkatkan pesan perdamaian dalam membendung narasi kekerasan, ekstremisme dan terorisme. Hal ini telah dilaksanakan Kepala BNPT Komjen Pol Dr. Boy Rafli Amar beserta jajaran di Surakarta Jawa Tengah yang turut disaksikan langsung Anggota Komisi III DPR RI.
Salah satu Pondok Pesantren yang menjadi lokasi kunjungan silaturahmi kebangsaan BNPT yang dikunjungi di wilayah Surakarta, Jawa Tengah adalah Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan Surakarta pada Sabtu(29/8) lalu. Pondok Pesantren tersebut berada di bawah asuhan Drs. KH. Abdul Rozaq Shofawi dan KH. Abdul Mu’id Ahmad.
Drs. KH. Muhammad Dian Nafi, M.Pd. selaku Pengasuh Ponpes menyampaikan harapannya terhadap kunjungan dan silaturahmi kebangsaan BNPT dengan pimpinan ponpes serta puluhan perwakilan santri. Ia berharap kegiatan ini dapat memberikan sudut pandang dan pencerahan kepada segenap warga pondok pesantren
“Kami semua berharap bisa terus menerus memupuk ahlak untuk bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagaimana yang diamalkan sesepuh dari pendiri pesantren, kami mengharapkan pencerahan dan informasi serta sudut pandang dari kunjungan Kepala BNPT ini,” ujar KH. Muhammad Dian Nafi.
Kepala BNPT Komjen Pol Dr. Boy Rafli Amar menjelaskan intoleransi, radikalisme dan terorisme sebagai penyakit kebangsaan dimana aksi terorisme bertubi-tubi menimpa Indonesia. Hal ini tentu tidak sesuai dengan jati diri bangsa dan persatuan Indonesia, sehingga Kepala BNPT memperingatkan infiltrasi radikal terorisme yang kini menyesuaikan perkembangan zaman.
“Radikalisme intoleran terorisme ini bertentangan dengan jati diri bangsa indonesia yg sangat mengedepankan persatuan Indonesia yang kemerdekannya dibidani ulama-ulama besar dengan tokoh nasionalis.
Kita mengalami transformasi ideologi kekerasan yang ditawarkan kepada bangsa kita yang heterogen, disampaikan dalam bentuk agama dan mereka yakin bisa memporak-porandakan kita. Propaganda kelompok tidak bertanggung jawab itu sekarang menggunakan sosial media, dengan gamblangnya menjual ajakan kebencian terhadap keberagaman,” ujar Komjen Pol Dr. Boy Rafli Amar.
Dalam kesempatan ini Kepala menyampaikan perkembangan aktivitas terorisme terkini termasuk WNI yang kini terjebak di pengungsian Suriah karena iming-iming kelompok radikal yang tidak bertanggung jawab. Keadaan yang sangat disayangkan tersebut agar dapat menjadi pembelajaran bagi ulama dan santri agar tidak terjerat dalam permasalahan yang sama. Komjen Pol Boy Rafli Amar mengingatkan kembali puluhan santri dan jajaran akan kedudukan Pancasila dalam berkehidupan serta pedoman dalam menghadapi radikalisme di dunia maya maupun secara langsung.
“Insan beragama namun melakukan kekerasan atas nama agama ini kontradiktif, perlu diiringi sikap dan semangat menghargai perbedaan dan keberagaman. Kita sebagai bangsa Indonesia memiliki falsafah negara Pancasila dan agama yang mengakomodir dan yang menyeimbangkan di tengah perpecahan. Pancasila akan menjadi jalan tengah penyeimbang ditengah keberagaman untuk mereduksi radikal intoleran. Itulah Pancasila sebagi standardidasi moral untuk berkehidupan bersama, hidup bermasyarakat yang aman dan damai,” tegas Kepala BNPT.
Anggota Komisi III DPR RI, Eva Yuliana sebagai alumnus santriwati yang telah menempuh 6 tahun pendidikan di Ponpes Al-Muayyad menyampaikan apresiasi atas pencerahan yang diberikan BNPT sebagai upaya pemberantasan radikalisme sebagai penyakit negara. Ia berharap ke depannya dapat tercipta suatu ruang bagi santri agar dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dari pondok pesantren sebagai pengabdian di tengah masyarakat.
“Sebagai anggota DPR dan bagian dari keluarga besar Ponpes Al-Muayyat kami apresiasi tinggi kepada Kepala dan jajaran BNPT yang telah melakukan programnya dengan baik, memperkuat sinergisitas antara pemerintah dengan stakeholders dalam hal ini ulama. Mungkin nanti perlu program pengabdian sosial dari ponpes ke masyarakat, supaya memberikan warna dan manfaat di tengah masyarakat sekaligus mereduksi kemungkinan radikalisme di tengah masyarakat,” ujar Eva Yuliana.
Maksud dan tujuan dari rangkaian silaturahmi ini adalah sebagai upaya pendekatan secara langsung Kepala BNPT dengan melibatkan komponen masyarakat berbagai latar belakang, lintas etnis, lintas agama, dan lintas generasi, agar dapat menyatukan pikiran dan bekerja sama melawan radikalisme dan terorisme. Melalui pertemuan ini Kepala BNPT mengajak segenap pondok pesantren dan para alim Ulama yang diyakini memegang peranan yang sangat penting untuk memberikan kesejukan di tengah masyarakat di tengah tantangan kebangsaan salah satunya ancaman radikal intoleran dan terorisme serta menghasilkan generasi muda yang cinta tanah air dan memegang teguh 4 pilar kebangsaan.