Berita Terbaru

Kepala BNPT Ajak Kaum Perempuan Serukan Paham Kebangsaan dan Toleransi dalam Menangkal Terorisme
Kepala BNPT Ajak Kaum Perempuan Serukan Paham Kebangsaan dan Toleransi dalam Menangkal Terorisme

Kepala BNPT Ajak Kaum Perempuan Serukan Paham Kebangsaan dan Toleransi dalam Menangkal Terorisme

Jakarta – Sikap perempuan yang cenderung lemah lembut dan halus, ternyata rawan dimanfaatkan menjadi pelaku tindak radikalisme, terorisme, maupun intoleransi. Sebagai panutan di keluarga, tidak jarang perempuan yang terjerumus dalam propaganda hingga melibatkan anak-anak mereka masuk dalam pusaran  radikal terorisme. Melihat fenomena nyata ini, Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) sadar betapa pentingnya untuk mengetahui bahaya paham radikalisme di kalangan perempuan, terlebih di tengah situasi pandemik Covid-19.

Dengan tema Perkembangan dan Pencegahan Radikalisme di Kalangan Perempuan Indonesia, di sela kesibukannya Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Dr. Drs. Boy Rafli Amar, M.H. hadir sebagai Narasumber dalam Webinar atau Web Seminar bersama Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) serta dua organisasi lainnya yakni Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) pada Kamis siang (18/06). Webinar ini diikuti sebanyak 500 peserta yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia, dan Luar Negeri seperti Hongkong, Bangkok, Sydney, dan New Zealand.

Mengawali paparannya, Kepala BNPT menjelaskan pengertian Terorisme yang telah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018. Terorisme telah mengancam keamanan negara dan kemanusiaan di dunia. Dalam paparannya, Kepala BNPT menjelaskan keterlibatan perempuan dalam terorisme meningkat secara signifikan sejak tahun 2011. Mudahnya terserap paham propaganda, menjadi salah satu faktor keterlibatan perempuan dalam pusaran terorisme. 

“Faktor perempuan bisa masuk dalam pusaran terorisme dari segi propaganda, keagamaan atau sebagai khilafah, faktor ideologi, politik, dan pribadi dalam pencarian jati diri. Namun doktrin dari laki-laki atau suami mereka juga memiliki peran mengajak perempuan serta anak-anak mereka untuk “berjihad”, ujar Kepala BNPT. 

Dalam lingkaran radikalisme dan terorisme, perempuan dinilai sangat diandalkan dalam hal loyalitas, kesetiaan, dan kepatuhan. Perempuan juga dinilai mudah percaya dan tunduk dengan hasutan yang berbau agama. Tak jarang, keterlibatan perempuan digunakan sebagai siasat untuk mengelabui aparat penegak hukum. Oleh karena itu, diperlukan kewaspaan dalam menggunakan media sosial mengingat saat ini konten propaganda kelompok radikal dengan mudahnya bisa ditemui dan diakses secara daring.

Tidak hanya Kepala BNPT, hadir pula Arijani Lasmawati, M.Psi., sebagai Psikolog yang menambahkan pengertian bahwa paham radikalisme tak hanya di kalangan perempuan, namun juga di kalangan remaja atau generasi muda. Dimana seperti yang kita ketahui, terorisme merupakan extraordinary crime yang sangat membayakan. Dalam paparannya, Arijani menjabarkan terorisme dan perempuan di beberapa tahun terakhir melibatkan anak-anak mereka yang tidak lain adalah generasi muda. Model dalam radikalisme dengan melibatkan perempuan pun ternyata terbagi menjadi tiga. 

“Kasus di Sidoarjo, keluarga kombatan Suriah dari Batam, dan kasus Sibolga adalah contoh radikalisme dalam keluarga, sedangkan aksi generasi muda di Mako Brimob merupakan contoh radikalisme yang terpengaruh dari sosial media, dan radikalisme dalam kelompok”, ujar Arijani.

Pentingnya perempuan dalam suatu keluarga menjadi benteng utama untuk mencegah masuknya paham radikalisme dan propaganda. Sebagai orang tua, harus mengetahui kebutuhan anak dan mengenali tempat tumbuh dan berkembangnya dengan psikologi yang baik. Untuk itu, perlu adanya kiat-kiat perempuan agar bisa menangkal masuknya paham radikalisme dalam keluarga terutama pada generasi muda. 

Untuk mengikis benih-benih baru, perlu kewaspadaan dan pengawasan terhadap anak remaja bila ada sikap yang berubah, terlebih pelaku aksi teror pada generasi muda umumnya adalah mereka yang memiliki masalah keluarga.

Sebelum mengakhiri Webinar, Komjen Pol. Dr. Drs. Boy Rafli Amar M.H. menambatkan pentingnya tokoh-tokoh perempuan dalam organisasi untuk menggandeng kaum perempuan lainnya agar tidak terjerumus dalam lingkungan radikalisme. Kepala BNPT berharap, tokoh perempuan bisa saling menjaga konstitusi dan ideologi Bangsa Indonesia. 

“Peran dari tokoh perempuan Indonesia bisa menjadi salah satu upaya mencegah masuknya ideologi-ideologi yang tidak sesuai dengan NKRI, terlebih perempuan yang juga sebagai seorang ibu, adalah orang pertama yang menanamkan nilai-nilai agama, taman pendidikan bagi anak hingga remaja, dan kunci dalam hal kebaikan dan toleransi bagi anak-anaknya, sehingga perlu upaya pencegahan radikalisme dan terorisme dengan bahasa ibu. Kita harapkan tidak ada lagi ruang gerak untuk paham-paham radikal di negeri ini”, tutup Kepala BNPT.

Jun 18, 2020

Authoradmin