Guna Menangkal Paham Radikalisme dan Terorisme, Kepala BNPT Berikan Pembekalan Kepada 92 Perwira Siswa BAIS TNI
Bogor - Kolaborasi TNI-POLRI dan Pemerintah kian dibutuhkan dalam menghadapi tantangan bangsa yang semakin kompleks. Adapun beberapa tantangan yang dihadapi diantaranya terorisme, radikalisme, dan intoleransi. Dalam menanggulangi radikalisme dan terorisme, peran intelijen negara sangat dibutuhkan untuk menghadapi dan menyelesaikan tantangan tersebut. Secara umum, intelijen memiliki fungsi untuk mengamankan kepentingan nasional dengan memberikan peringatan early detection and early warning system mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ancaman negara dari luar maupun dalam negeri.
Dengan adanya ancaman tersebut, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, M.H. memberikan pembekalan mengenai permasalahan dan isu-isu yang berkaitan dengan intoleransi, radikalisme, dan terorisme kepada 92 Perwira TNI yang sedang mengikuti pembekalan Kursus Dasar Intelijen Pa PK TNI Rohaniawan dan Intelijen TA 2020 di Satuan Induk Badan Intelijen Stategis (SATINDUK BAIS) TNI pada Rabu (11/03) pagi.
Bertempat di Aula L.B. Moerdani Satinduk BAIS TNI Bogor, bersama Wakil Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI, Mayjen TNI Handi Geniardi dan Dir E BAIS TNI, Brigjen TNI Rudi Rahmat Nugraha, Kepala BNPT memberikan paparan dalam Kursus Dasar Intelijen dengan tema materi “Perkembangan Radikalisme dan Terorisme serta Penanganannya”.
Dalam kesempatan kali ini, Kepala BNPT menjelaskan tentang wawasan kebangsaan, dimana saat ini wawasan kebangsaan seolah telah hilang dengan berkembangnya teknologi informasi yang begitu cepat. Tidak hanya masalah wawasan kebangsaan, Kepala BNPT juga menyampaikan perkembangan dan pola penyebaran paham radikal yang kian berkembang melalui sosial media. Suhardi Alius juga menjelaskan penanggulangan terorisme secara soft approach yang telah dilakukan BNPT, hingga penyampaian pola strategi moderasi bangsa dalam menghadapi ancaman terorisme.
Berlatar belakang pendidikan keagamaan dan berusia muda, Kepala BNPT mengapresiasi langkah-langkah TNI terutama dalam rekrutmen khusus perwira sarjana dan berharap nantinya mereka mampu menjadi embrio dalam rangka mengidentifikasi dan mereduksi paham-paham radikalisme dan intoleransi yang tumbuh di lingkungannya.
“Dengan latar belakang keagamaan, dengan itu tugas pokok kalian nantinya bagaimana mengidentifikasi, memberikan treatment-treatment dengan kontra narasi, propaganda, dan sebagainya supaya tidak masuk ke dalam lingkungan TNI dan masyarakat umum, karena tidak sedikit TNI-POLRI pun terpapar paham radikal," ungkap Kepala BNPT.
Saat pembekalan berlangsung, mantan Kabareskrim Polri ini juga memberikan pencerahan terkait isu aktual yang ada kaitannya dengan masalah penanggulangan terorisme. Aparat intelijen TNI juga harus turun tangan dalam melakukan deteksi dini terhadap fonomena yang terjadi di masyarakat, terlebih TNI mempunyai satuan hingga ke pelosok negeri sehingga dapat memberikan solusi, treatment, mampu merespon setiap dinamika yang cepat terjadi di suatu daerah dengan metode yang sesuai dengan kebutuhan teknologi serta generasi muda yang milenial.
Menempuh pendidikan selama 3 bulan di Satinduk BAIS TNI Bogor, Wakil Kepala BAIS TNI pun turut bersuara betapa pentingnya wawasan radikalisme dan terorisme yang disampaikan oleh Kepala BNPT. Baginya, ilmu tersebut sangat membantu TNI untuk mendapatkan masukan yang lebih luas mengenai permasalahan terorisme ini.
“Paparan Kepala BNPT tadi sangat lengkap, pembekalan ini dipersiapkan untuk itu pengetahuan dasar dan mereka tentunya merasa kaget dengan penjelasan yang cukup utuh dari Kepala BNPT karena memang dari kemarin mereka ingin mendapatkan materi tersebut, mudah-mudahan dengan pembekalan yang cukup lengkap ini bisa memberikan wawasan yang lebih lengkap dan mereka lebih fokus dan lebih yakin untuk bertugas di lapangan," ujar Wakil Kepala BAIS TNI usai pembekalan.
Salah satu siswa yang menerima pembekalan mengaku bahwa informasi yang disampaikan oleh Kepala BNPT menjadi masukan dan memberikan pandangan baru yang 'out of the box', khususnya dalam penanggulangan terorisme dan pendekatan soft approach yang menjadi perhatian dunia. “Sangat penting sekali untuk pembekalan intelijen dari semua yang tadi sudah dijelaskan Pak Suhardi, karena kolerasi dengan studi intelijen ini juga membahas radikalisme dan sebagainya, ini harus dipelajari dan patut dicontoh, karena BNPT mengajarkan untuk semuanya penanganan tidak harus dilakukan dengan kekerasan, tetapi lebih baik dengan metode pendekatan yang lebih halus karena itu bisa lebih menyentuh hati dibandingkan dengan kekerasan," ucap Letda Ravenala asal Purworejo, Jawa Tengah.