BNPT Gandeng Pemuda Pancasila, Bangun Kesiapsiagaan Nasional Generasi Milenial
Jakarta - Kemajemukan Indonesia dengan ragam suku, agama, ras dan budayanya, dapat berpotensi memunculkan konflik horizontal yang acapkali menyebabkan disintegrasi di tengah masyarakat. Ketidakstabilan ini membuka peluang yang besar bagi paham radikalisme dan terorisme untuk menyebar dengan meluas di tengah masyarakat. Berangkat dari pemikiran destruktif seperti intoleransi, paham kekerasan radikal terorisme muncul dan harus disikapi secara serius oleh segenap elemen bangsa mengingat siapa saja dari kalangan manapun, dengan segala kondisi ekonomi maupun latarbelakang pendidikan dapat terpapar paham radikal intoleran tersebut.
Menyikapi hal tersebut, BNPT sebagai koordinator utama penanggulangan terorisme memandang perlu untuk mengambil langkah-langkah strategis pemberdayaan masyarakat untuk ikut serta dalam upaya penanggulangan terorisme, salah satunya dengan mendorong organisasi masyarakat kepemudaan untuk berperan aktif ikut mencegah paham radikal terorisme.
Pada Jum’at (3/06) pagi bertempat di Kantor BNPT, Jakarta, diselenggarakan Talk Show bertajuk “Sinergi BNPT dan Pemuda Pancasila Dalam Rangka Membangun Kesiapsiagaan Nasional”. Hadir sebagai narasumber diskusi kali ini, Kepala BNPT, Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, M.H., Ketua Majelis Pimpinan Nasional Pemuda Pancasila, K.P.H. Japto Soelistyo Soerjosoemarno, S.H., serta wakilnya yaitu H. Bambang Soesatyo, S.E., M.B.A, yang juga merupakan Ketua MPR RI.
Pemuda Pancasila merupakan salah satu organisasi kepemudaan di Indonesia yang senantiasa menjadi pelopor dalam melindungi nilai-nilai Pancasila dan senantiasa menjaga keutuhan NKRI sebagai pegangan kehidupan berbangsa. Dengan keberadaan anggotanya yang tersebar di segala penjuru Indonesia, diharapkan mereka dapat menjadi agen perdamaian yang efektif membendung radikalisme dan terorisme tidak hanya di level individu, lingkungan keluarga, namun juga di kalangan sesama anak muda itu sendiri. Untuk itu dalam konteks kesiapsiagaan nasional, Kepala BNPT menegaskan relevansi mengajak Pemuda Pancasila untuk turut andil berperan dalam upaya pencegahan paham radikal intoleran dan terorisme.
“BNPT melibatkan Kementerian/Lembaga dan juga masyarakat tentunya, terkait membangun kesiapsiagaan nasional, kontraradikalisasi dan deradikalisasi. Dalam membangun kesiapsiagaan nasional tentu sangat relevan mengajak Pemuda Pancasila yang merupakan aset bangsa terdiri dari pemuda pemudi bangsa yang bisa menjadi partner BNPT membangun kesipasiaagaan,” ungkap Boy Rafli.
Merajut kerukunan dan toleransi menjadi pekerjaan rumah yang bukan perkara mudah di negara kita. Generasi muda dituntut untuk mampu mencari jalan keluar dari permasalahan bangsa tersebut dengan bertindak sebagai pemersatu. Meskipun demikian, Kepala BNPT menjelaskan bahwa kerentanan penyebaran paham radikalisme dan terorisme di kalangan anak muda cukup tinggi hingga menjadi kekhawatiran tersendiri. Keresahan ini semakin diperburuk dengan mudahnya penyebarluasan informasi tentang propaganda maupun perekrutan anggota kelompok yang mengatasnamakan agama kini cenderung memanfaatkan dunia maya khususnya media sosial.
“Kita harus berupaya agar segala bentuk ideologi yang bertentangan dengan NKRI tidak masuk dan dominan informasinya di ruang publik. Kita berharap dengan Pemuda Pancasila sama-sama mengingatkan generasi muda. Namanya Pemuda Pancasila, pasti Pancasilais, kadernya jutaan di seluruh Indonesia sampai tingkat terdepan. Ini adalah aset luar biasa bagi Indonesia. Kami harus bergerak di hulu, membangun kekuatan Keindonesiaan berbasis Pancasila kemudian berharap karakter dengan sendirinya akan tumbuh dari level bawah sampai atas dari generasi ke generasi. Itulah kewajiban kita untuk mengingatkan terus dan BNPT mensinergikan kekuatan itu,” lanjut Kepala BNPT.
Setuju dengan pendapat Kepala BNPT, Bambang Soesatyo mengungkapkan bahwa perlu pendekatan khusus jika ingin merangkul generasi milenial. Terlebih kini rasa kebangsaan anak muda mulai tergerus dan pengamalan Pancasila tidak semaksimal dulu yang menjadi pintu masuk paham-paham radikal terorisme.
“Anak muda ini menggandrungi gadget dan selalu masuk ke ruang media sosial, inilah yg harus kita waspadai. Kita dijejali dengan berbagai informasi yang baik tetapi ada yang buruk sehingga sebagai bangsa budi pekerti dan paham kebangsaan perlu ditekankan lagi agar mereka (generasi muda) melihat bahwa di tengah deras arus informasi yang ada, mereka tetaplah Indonesia yang memiliki nilai-nilai filosofi Pancasila dan punya kesadaran menjaga Kebhinnekaan, saling menghargai dan toleransi yang tinggi,” ungkap Bambang Soesatyo.