Silaturahmi Dengan 76 Penyintas Provinsi Sulawesi Tengah, BNPT RI Gelar Forsitas Sebagai Bukti Negara Hadir
Palu - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) menggelar Forum silaturahmi Penyintas (Forsitas) Provinsi Sulawesi Tengah Tahun anggaran 2022. Kegiatan ini dihadiri oleh 76 orang penyintas yang berasal dari Poso, Tentena dan Palu. Forsitas menjadi salah satu wadah penyambung tali silaturahmi antara para penyintas, BNPT RI dan juga lembaga-lembaga terkait yang ikut berperan dalam upaya mensejahterakan penyintas.
"Dengan kita mempererat hubungan kita di Forsitas ini juga bantuan-bantuan yang diberikan ataupun yang menjadi hak dari penyintas bisa dikoordinasikan terus sehingga para penyintas dan keluarga yang memang di dalam Undang-Undang yang berhak menerima bantuan tersebut bisa tetap kami jalankan. BNPT dalam melayani penyintas bisa dipelihara keberlanjutannya," tutur Direktur Perlindungan BNPT RI, Brigjen Pol. Drs. Imam Margono Ketika menutup acara Forum Silaturahmi Penyintas Provinsi Sulawesi Tengah di Best Western Plus Coco Palu, Sulawesi Tengah pada Rabu (14/09)
BNPT dalam hal ini, diberikan mandat khusus sebagai koordinator dalam bidang pemulihan korban tindak pidana terorisme. Mandat yang dimaksud adalah untuk mengkoordinasikan dengan kementerian lembaga maupun stakeholder terkait dalam untuk memberikan sumbangsih dalam program pemulihan korban sebagai bentuk representasi bahwa negara hadir bagi seluruh warga negaranya.
"Korban merupakan tanggung jawab negara, dimana bentuk tanggung jawab negara dimaksud berupa bantuan medis, rehabilitasi psikososial, psikologis, santunan bagi keluarga dalam hal korban yang meninggal dunia, serta kompensasi," lanjut Imam Margono.
Direktur Perlindungan BNPT juga memotivasi semua pihak dalam memperhatikan keberadaan para penyintas. Karena penyintas memiliki potensi-potensi positif dilingkungannya.
"Mari bersama-sama bersatu untuk saling mendukung, saling memberi semangat dan mari bangkit bersama. Apa yang kita perlukan dalam menghadapi potensi ancaman tersebut tidak lain adalah kebersamaan. Ketika bangsa ini kuat, ketika masyarakat berani dan seluruh komponen bangsa bersatu menjadikan terorisme sebagai musuh bersama maka kedamaian akan terjadi," tutup Imam Margono.
Tanggapan positif kegiatan ini juga disampaikan oleh Koordinator penyintas wilayah Provinsi Sulawesi Tengah, Daniel Doeka. Penyintas dari tragedi bom Pasar Mahesa Palu tahun 2005 ini menuturkan kegiatan semacam ini mendapat respon pesitif dari teman-teman penyintas karena banyaknya manfaat yang dapat diambil dari acara ini.
"Ada banyak hal yang kami rasakan manfaatnya dalam kebersamaan sebagai sesama penyintas untuk membagi pengalaman masing-masing. Kegiatan ini sangat informatif tentang apa kebutuhan kami. Kami sangat merasa bahwa kami dihargai, bahwa negara hadir untuk kami” ungkap Daniel.
Kegiatan ini turut melibatkan Disnakertrans Provinsi Sulawesi Tengah, Biro SDM Polda Sulawesi Tengah, Himpsi Provinsi Sulawesi Tengah dan Kesbangpol Provinsi Sulawesi Tengah.