Pelaksanaan Seminar Lanjutan Penguatan Kapasitas dan Kompetensi Personil TNI/Polri serta Instansi Terkait dalam Rangka Mendukung Penanggulangan Terorisme
Mataram – Personil TNI/Polri dan instansi terkait kembali mengikuti Pelaksanaan Seminar Penguatan dan Kompetensi Personil TNI/Polri serta Instansi terkait guna mendukung penanggulangan terorisme di wilayah NTB, Rabu (10/3). Acara ini kembali digelar di Ball Room Hotel Golden Palace Mataram. Kegiatan hari ini dibagi dalam dua sesi dan diinisiasi oleh dua Subdirektorat yang berbeda. Sesi pertama merupakan materi lanjutan dari sesi hari pertama dan masih diinisiasi oleh Subdit Pembinaan Kemampuan. Sesi selanjutnya diinisiasi oleh Subdit Kesiapsiagaan dan Pengendalian Krisis. Seminar hari kedua diisi oleh beberapa narasumber diantaranya Satgaswil Densus 88 A/T Polri, BIN, Kesbangpol Provinsi NTB, serta mantan warga binaan kasus terorisme. Sesi pertama dibuka dengan materi Analisis Intelijen Perkembangan Radikalisme dan Jaringan Terorisme di Wilayah NTB dan Analisis Unsur Astagatra dalam memperkuat dan memperlemah pertumbuhan Radikalisme dan Terorisme di NTB.
Paparan pertama dibawakan oleh Satgaswil Densus 88 A/T Polri yang menjelaskan secara detail tentang pemetaan jaringan kelompok teror di NTB serta sejarah perkembangan jaringan teror di NTB. Kelompok jaringan teroris di NTB kerap melakukan kegiatan konsolidasi serta perekrutan tertutup dengan membentuk sistem yang lebih teratur. Maka dari itu, dibutuhkan sinergisitas antarlembaga untuk melemahkan jaringan teror dan mencegah kelompok teroris NTB memiliki kekuatan yang lebih besar di masa mendatang.
Sinergisitas antarlembaga dapat dilakukan dengan Gerakan Intelijen Terbuka yaitu melakukan intervensi struktural dengan upaya penegakan hukum, melakukan pelemahan support logistik dan keuangan, memutus mata rantai perekrutan, melakukan intervensi ideologi dalam program deradikalisasi, serta meningkatkan ketahanan masyarakat. “Pentingnya intelijen terbuka dalam sharing informasi ke publik untuk mencegah penyebaran paham radikal,” ungkap perwakilan Satgaswil Densus 88 A/T Polri untuk menutup paparannya.
Sesi selanjutnya diisi oleh BIN yang membawakan materi berjudul Analisis Unsur Astagatra dalam Memperkuat dan Memperlemah Pertumbuhan Radikalisme dan Teorisme di NTB. Kelompok radikal di NTB banyak dipengaruhi oleh Astagatra. Astagatra merupakan unsur – unsur kekuatan nasional di Indonesia dan terdiri atas Trigatra dan Pancagatra.
Kelompok radikal di NTB sangat terpengaruh dengan kondisi – kondisi regional terkait dengan penindasan muslim. Sebagai contoh, masalah Islam Rohingya, umat Muslim di Palestina serta Muslim Uighur. Manuver – manuver yang mereka suarakan sering mendapat simpati dari umat Muslim lain sehingga terjadilah proses penyebaran paham radikal. “Kelompok-kelompok ini menjadi bahaya laten yang harus di waspadai bersama,” ungkap perwakilan BIN NTB dalam paparannya.
Selain melalui manuver protes mengatasnamakan aksi solidaritas, ada beberapa faktor yang kerap dijadikan celah untuk menyebarkan paham radikal di NTB. Faktor pertama adalah residu pemilu 2019 yang memunculkan stigma negatif terhadap pemerintah, pelemahan ekonomi global akibat Covid – 19, sikap – sikap intoleran umat beragama yang terjadi secara nasional dan berdampak dalam kehidupan beragama di NTB, belum meratanya kualitas Pendidikan di NTB, serta keterkaitan kelompok radikal terror pendukung ISIS di wilayah NTB.
Kemudian dilanjutkan pemaparan dari Kesbangpol NTB tentang Kebijakan Pemprov NTB dalam Penanganan Penyebaran Paham Radikal Selama Masa Pandemik Covid-19. Dalam paparannya dijelaskan mengenai perkembangan ideologi radikal di NTB serta langkah – langkah taktis untuk dapat mendeteksi dan mengantisipasi paham radikal teroris. Perkembangan ideologi radikal terorisme di wilayah NTB tidak terlepas dari peristiwa teror pelemparan granat terhadap Presiden Soekarno di Cikini, mengingat pelaku merupakan anggota kelompok radikal Bima, NTB. Tak dapat dipungkiri, banyak organisasi terlarang yang disinyalir memiliki basis massa yang besar di wilayah NTB. Hal ini menunjukkan radikalisme terorisme di NTB telah mengakar lama dan terus berkembang.
Langkah Pemprov NTB dalam mencegah berkembangnya paham radikalisme selama pandemi Covid-19 diantaranya, program wawasan kebangsaan, pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan, pendidikan politik masyarakat, penguatan ideologi Pancasila, pemberdayaan dan pengawasan organisasi masyarakat, serta peningkatan kewaspadaan nasional dan fasilitasi penanganan konflik sosial.
Acara ditutup dengan sharing knowledge dari Ustadz Gunawan. “Satu peluru akan mampu menembus satu kepala, namun satu pemikiran akan mampu menembus jutaan jiwa,” ungkap Ustadz Gunawan. Ia berpesan agar setiap aparat yang hadir dapat menjadi benteng yang menghalangi masuknya paham radikal ke masyarakat. Pidato penutupan dari Direktur Pembinaan Kemampuan, Brigjen. Pol. Drs. Imam Margono menandai berakhirnya seluruh rangkaian acara.