Berita Terbaru

Kepala BNPT Apresiasi Peluncuran World Terrorism Index oleh Universitas Indonesia

Kepala BNPT Apresiasi Peluncuran World Terrorism Index oleh Universitas Indonesia

Jakarta, – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Eddy Hartono, S.I.K., M.H., menilai positif peluncuran World Terrorism Index (WTI) yang dilaksanakan oleh Universitas Indonesia. Menurutnya data yang dihasilkan oleh WTI sejalan dengan Index yang menjadi rujukan BNPT selama ini, yaitu Global Terorrism Indeks (GTI) yang menempatkan Indonesia sebagai negara yang terdampak rendah terhadap aksi terorisme dan Global Peace Index (GPI) yang menepatkan Indonesia pada kategori high peace.

“World Terrorism Index ini saya apresiasi terhadap Universitas Indonesia yang memang selama ini kami merujuk kepada Global Terrorism Index dimana Indonesia memang dalam kategorinya Low Impacted of Terrorism, kemudian juga Global Peace Index, dimana Indonesia masuk ke dalam kategori High Peace, jadi negara yang aman dan damai,” ujar Eddy Hartono saat menghadiri kegiatan "Diskusi dan Peluncuran World Terrorism Index (WTI)" yang digelar oleh Research Centre for Security and Violent Extremism (RECURE) bersama Center for Strategic and Global Studies (CSGS) Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia. Acara ini berlangsung di Auditorium Binakarna, Hotel Bidakara, Jakarta, pada Senin (13/01).

Lebih lanjut, Eddy menegaskan bahwa WTI sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018, khususnya pada bagian kesiapsiagaan nasional dalam pengembangan kajian terorisme. Ia juga menambahkan bahwa data WTI dapat digunakan oleh BNPT bersama dengan Kementerian/Lembaga dapat menggandeng kerja sama dengan Lembaga pengkajian dan pendidikan terkait untuk menjadi rujuan penyusunan strategi pencegahan terorisme yang sistematis, terpadu, dan berkesinambungan.

“WTI ini juga kami jadikan rujukan untuk melakukan strategi pencegahan terorisme kedapannya. BNPT ini tinggal mengkolaborasikan kekuatan negara untuk sama-sama kita melakukan pencegahan, dimana kembali kepada amanat undang undang bahwa negara wajib (melakukan pencegahan terorisme) dan ini dilakukan secara terus menerus, secara sistematis, terpadu dan berkesinambungan,” ungkapnya.

Sebagai penutup, Kepala BNPT menekankan bahwa ruang siber saat ini menjadi arena dominan bagi perkembangan jaringan terorisme dan penyebaran paham radikal. Ia menegaskan pentingnya langkah-langkah pencegahan, terutama dalam konteks kontra-radikalisasi, untuk mengendalikan ancaman terorisme.

“Sama-sama kita mereduksi perkembangan jaringan terorisme. Bahwa Sekarang ini diruang siber ini menjadi dominan, ini hasil penilitian terhadap berkas perkara 5 tahun terakhir bahwa terkontaminasinya dengan paham radikal terorisme itu ada diruang siber. Inilah yang menjadi concern di kami melakukan langkah-langkah bahwa pencegahan ini perlu, baik dalam konteks kontra radikalisasi. Sehingga kedepannya terorisme ini tetap terkendali,” pungkasnya.

Di lain pihak, Ketua Program Studi Kajian Terorisme, M. Syauqillah, S.H.I., M.Si., Ph.D., mengharapkan World Terrorism Index (WTI) dapat dijadikan acuan bagi berbagai pihak, termasuk Kementerian dan Lembaga, dalam memahami posisi Indonesia dalam indeks terorisme. 

"Indonesia pada Indeks yang ada tentunya berada di angka yang tidak jauh berbeda dengan apa yang kami sajikan, semoga nanti urutan dapat dilihat seperti apa dan mohon mungkin bisa dijadikan acuan bagi Kementerian/Lembaga karena kami berharap ini jadikan acuan sehingga inilah produk dari anak-anak bangsa di Indonesia," ujarnya.

Lebih lanjut, ia mengapresiasi kolaborasi lintas sektor yang telah terjalin dalam upaya penanganan terorisme di Indonesia. 

"Berkat kerja sama semua pihak, Kepolisian, Densus 88, BNPT, BIN dan semua pihak Civil Society dan tentunya juga kami sebagai akademisi terus berupaya untuk mencari solusi terbaik dalam penanganan terorisme," tambahnya.
 

Jan 14, 2025

Authoradmin